TERIAKAN MAUT FANATISME KEBENARAN
M. ikmal Mahasiswa Jurusan Ilmu Hadis IAIN Pekalongan dan Infokom Himpunan Mahasiswa Sumatra (Himara)
Tidak asing lagi santapan public saat ini,
banyak sekali orang yang menyalah-nyalahkan atau memberikan kritikan pedas dihadapan
khalayak umum dengan tanpa klarifikasi yang jelas. Semua informasi dapat
diakses sedemikian rupa tanpa perlu memperhatikan ruang dan waktu, sehingga
siapapun berhak memberikan kritik dan saran. Akan tetapi perlu digaris bawahi
adalah bagaimana kritik yang membangun bukan melecehkan apalagi memprovokasi.
Belakangan ini banyak umat islam yang di sibukan dengan bentrok
kontroversi antar golongan yang mengakibatkan faham fanatisme diantara golongan
tertentu. Ada yang ekstrim kanan, ekstrim kiri dan adapula yang berfikiran
tengah-tengah (washathiyah). Inilah relita yang berlaku di era saat ini.
Public disibukkan dengan esensi kebenaran, antar golongan
muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, FPI, Persis dan lain sebagainya. Ada salah satu tokoh fenomenal dari kalangan NU, yaitu Gus Muafiq. Dalam
pidatonya mengandung unsur ejekan( hinaan) terhadap Nabi Muhammad. Yang memicu
paham yang berbeda-beda terlebih Justifikasi dari kalangan FPI yang tidak
terima dengan hal tersebut. Akan tetapi ada sebagian golongan menerima dan
tidak terlalu lebay (berlebih-lebihan) dalam memhami statetmen dari tokoh
tersebut.
Sosok Nabi
Muhammad
Berbicara tentang Nabi Muhammad SAW. Tidak ada habis-habisnya, karena telah
diakui beliau adalah orang yang paling mulia,akhlaknya dan paling elok
kejadiannya (fisiknya). Sehingga tidak ada satu orangpun di dunia ini dapat
membandingi beliau bahkan memandangpun bak meliahat rembulan begitu silau namun
indah untuk dinikmati. Dan tidak dapat digambarkan oleh media apapun. Begitu
banyak kisah –kisah beliau dan pujian yang diberikan kepada manusia paling
agung ini (Nabi Muhammad) dan diabadikan dalam kitab-kitab klasik sperti al-barzanji,
maulid al-dhiba’, simthudduror, qasidah burdah, dan lain sebagainya. Tidak
hanya itu, juga ada buku yang dikarang oleh Micheal Hart, ia adalah seorang
sejrawan sekaligus penulis buku tersohor di Amerika Serika , salah satu
karangannya ialah the 100 (seratus orang
yang berpengaruh didunia sepanjang sejarah)
dan menempatkan Nabi Muhammad diposisi pertama. (https://bincangsyariah.com/khazanah/ini-alasan-micheal-hart-jadikan-nabi-muhammad-100-tokoh-berpengaruh-nomor-wahid-didunia/) .
Tentu hal ini membingungkan umat. Padahal jika kita kembali kepada zaman
baheula tentang kaum Nasrani dan kaum
yahudi yang mereka berbeda pendapat tentang kelahiran Nabi Isa. Bagi kaum
Yahudi, mustahil ada seorang anak tak ada bapaknya. Oleh karena itu mereka
menyimpulkan berdasarkan prasangka bahwa pasti ada seorang laki-laki yang
menghamilinya. Kaum Yahudi menyebutnya
"Anak Haram" dan menuduh Maryam telah berzinah dengan seorang
laki-laki(Q.S Maryam: 28). Sementara
kaum Nasrani tahu benar bahwa Maryam merupakan wanita suci yang selalu menjaga
akhlak terlebih kehormatannya. Oleh karenanya jika ia hamil dan melahirkan anak
sudah dapat dipastikan bahwa ia bukan anak manusia biasa, ia adalah anak Tuhan
(Q.S At Taubah: 30)
Kalu begitu, sebagai hasil dari refleksi pemaham kedua kaum tersebut adalah
bahwasanya jauh sebelum Nabi Isa AS, telah ada Nabi yang dilahirkan tanpa bapak
dan ibu yaitu Nabi Adam AS. Nah jika mereka (Nsrani) mengatakan Nabi isa
sebagai anak tuhan karena dillahirkan tanpa bapak, justru logika ini tidak
tepat. Begitu juga sebaliknya kaum Yahudi yang mengatakan Nabi Isa adalah anak
haram karena dilahirkan tanpa bapak.
Fanatisme
Kebenaran
Terlepas dari itu, memang ada sekelompok ummat islam memandang Rasulullah
SAW hanyalah manusia biasa, bahkan segala peninggalan beliau pun dimusnahkan
karena dianggap tak memiliki nilai barakah sama sekali (paham wahabisme). Kemudian
ada pula kelompok lain memandang Rasulullah SAW denga sudut pandang yang over sampai-sampai
menyifatinya dengan sifat seperti Tuhan. Pada prinsipnya semua telah tertera
didalam nadzam (syi’ir atau bait) aqidatul awam karya Ahmad Marzuki bahwa diceritakan didalamnya
dua bait yang penulis kutip sebagai berikut:
أرسل انبيا ذوي الفطانة # بالصدق والتبليغ
والأمانة
وجائز في حقهم من عرض# بغير نقص كخفيف المرض
Dari bait itu dapat dipahami bahwa Nabi Muhammad mempunya sifat-sifat yang
wajib yang melekat padanya yaitu shidiq,
amanah, tabligh dan fathanah, selain itu ada hal-hal yang sewajarnya
ada pada Nabi seperi makan, minum, tidur, sakit dan sebagainya.
Dari sini jelas bahwa, klaim yang dilakukan oleh golongan tertentu yang
menyebabkan kefanatikan serta menimbulkan keresahan entah mana asumsi yang
benar. Tentunya juga tidak terlepas dari penyalah gunaan media sosial yang
sok-sok religi. Religi dalam artian yang meiliki relevansi dengan suatu sistem keyakinan masyarakat bersahaja sebagai produk budaya (Adeng Muchtar Ghazali,
2011: 3).
Dalam kondisi seperti ini tentu tidak ada yang perlu disalahkan, karena
pada hakikatnya nilai kebenaran tidak datang dari manusia, yang ada hanyalah
mendekati benar, sedangkan yang paling benar jelas takkan ada. wajar jika
kemudian muncul orang-orang yang berfikir pertengahan (washathiyah).
Kelompok ini berpandangan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah manusia yang kepadanya
dilekatkan segala atribut kemanusiaan. Inilah Akidah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah
yang berfikir secara moderat.
1 comment:
🤘
Post a Comment