Wednesday, December 18, 2019

BUDAYA BERPAKAIAN MAHASISWA YANG KONSUMTIF MEREK (BRAND)





FENOMENA TRANSFORMASI BUDAYA BERPAKAIAN MAHASISWA YANG KONSUMTIF MEREK (BRAND) PERSPEKTIF TEORI JEAN BAUDRILLARD 



Disusun Oleh : 

M. Ikmal :(3218024) 

JURUSAN ILMU HADIS 

FAKULTAS USULUDDIN ADAB DAN DAKWAH 

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN 

TAHUN AKADEMIK 

2019 



BAB I 

PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang 

Diera saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan zaman dan teknologi mempengaruhi pola pikir masyarakat. Dimana mereka lebih mementingkan eksistensi daripada esensi. Sehingga memambawa budaya baru yaitu budaya konsumtif. Budaya ini adalah efek dari perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Namun kebiasaan ini tidak relevan atau berbenturan dengan realita, diamana mekanisme yang terjadi dengan yang dirasakan ada senggang tenggang rasa. Sebagian masyarakat elit (ekonomi yang berkecukupan) sering termanipulasi dengan hal ini dibandigkan dengan masyarakt yang ekonominya tingkat medium (menengah) atau bahkan dibawah rata-rata 

Keresahan inipun tidak hanya terjadi disebagian masyarakat namun juga sudah menular dikalangan Mahasiswa. Sebagian mahasiswa baik yang elit maupun tidak telah terpengaruhi dengan budaya konsumtif. Yang tersirat dari makna konsumtif bagia mahasiswa adalah mereka yang mengkonsumsi brand atau merek dari jenis apapun yang diinginkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Termasuklah produk fhasion seperti ikat pinggang, sepatu, topi, tas, kaus kaki, pakaian, hijab, serta telepon genggam (android/ ios) dan lain-lain.[1]

Inilah alasan yang menejadikan mahasiswa berprilaku konsumtif terhadap brad tertentu. selain alasan tersebut, mahasiswa lebih mementingkan keinginan daripada kebutuhan. Yang tentu konsekuensinya adalah ketidak seimbangan. Banyak mahasiswa yang rela menabung uang sakunya demi untuk membeli barang yang ia inginkannya, bahkan rela sampai meminjam (berhutang) uang temannya. Budaya ini juga dapat diartikan sebagai simbolisme mahasiswa yang ingin tampil beda, menentukan jati diri mereka tanpa memperhatikan Konsekuensi dari kegagalan mempertimbangan mana motivasi antara keinginan dan kebutuhan. 

Terlepas dari itu, banyak barang yang terbeli yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan atau seharusnya berada dalam prioritas di bawah kebutuhan lain yang sesungguhnya. Sebenarnya yang diingingkan dari mahasiswa adalah kepuasan sebagai citra. Diamana eksistensi lebih diprioritaskan daripada esensi, contohnya mereka berfoto dengan mengenakan atribut yang ada merek tertu, kemudian menguploadnya di sosmed. Pada hakikatnya iia ingin menampakan apa yang dikenakannya dalaam post foto tersebut tanpa mempehatikan nilai gunanya. 

Gaya hidup yang sudah membudaya dikalangan Mahasiswa dewasa ini, seolah-olah tidak dapat dipungkiri. Sulit rasanya untuk dikendalikann karena nilai keingianan dan citra terhadap produk lebih tinggi daripada rasionalitas dalam menakar nillai guna suatu produk. 

Untuk merefleksi fenomena-fenomena mahasiswa yng konsumtif terhadap brand atau merek suatu produk. Maka menjadikan semangat penulis dalam meneliti, menganalisis dan membahas dalam makalah ini dengan salah satu tinjauan teori yang digunakan adalah teori yang disajikan oleh Jean Paul Baudrillard tentang masyarakat konsumtif. Dalam makalah ini akan disinggung secara sederhana tentang hal itu. 



B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan ddiatas, maka rumusan masalahnya addalah sebagai berikut 

1. Bagaimana biografi Jean Baudrillard ? 

2. Bagaimana pemikiran Jean Baudrillard tentang simulasi dan hiperealitas? 

3. Apa definisi merek? 

4. Bagaimana dampak mahasiswa yang konsumtif merek (brand) 





C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan dan manfaan didalamnya, diantaranya yaitu: 

1. Tujuan penelitian 

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemikiran Jean Baudrillard terutama mengenai budaya mahasiswa yang konsumtif terhadap Merek (brand) 

2. Manfaat Penelitian Penelitian ini terdapat dua unsur, antara lain sebagai berikut: 

a. Manfaat teoristis 

Secara teoritis Sumber bahan bacaan mengenai pemikiran Jean Baudrillard tentang teori simulasi dan hiperrealitas yang telah direlevansikan dengan kebiasan Mahasiswa konsumtif komoditi bermerek (brand). Dengan adanya teori tersebut diharapkan dapat memberikan sumbangsi pemikiran dalam sesuatu yang realitas dan semu, ditinjau dari teori Jean Paul Baudrillard. 

b. Manfaat praktis 

Adapun manfaat praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dan acuan perbandingan pada Mahasiswa yang konsumtif terlebih bagi masyarakat dan khalayak banyak. 

D. Metodelogi Penelitia 

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang akan digunakan oleh penelitian dalam makalah ini adalah penelitian jenis library research atau riset kepustakaan. Library research lebih dari sekedar kerangka penelitian, atau memperoleh informasi penelitian yang sejenis, memperdalam kajian teoritis, atau memperdalam metodelogi.[2] mengumpulan data pustaka yang diperoleh dari literatur, dokumen dan referensi yang berhubungan dengan judul makalah. Maka Peneliti dalam hal ini mengambil beberapa referensi yang berkaitan tentang pemikiran Jaen Baudrillard tentang simulasi dan hiperrealitas yang dikorelasikan dengan kebiasaan Mahasiswa yang konsumtif brand atau merek. Juga terdapat penunjang berupa buku-buku yang bersangkutan dengan judul, jurnal, artiel dan karya tulis yang lainnya yang berhubungan dengan judul Makalah[3]

Selain metode tersebut peneliti juag melakakukan analisis kualitatatif yang lebih ditekankan pada interview (wawancara) dengan salah satu mahasiswa IAIN Pekalongan terkait tema Mahasiswa Konsumtif Merek. 

E. Sistematika Penulisan 

BAB I berisikan pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. 

BAB II merupakan landasan teoritik yang mengkerangkai analisis dalam penelitian ini, yakni pemikiran Jean Baudrillard tentang simulasi dan hiperrealitas Mahasiswa konsumtif merek (brand), Bab ini diawali dengan biografi Jean Baudrillard, pemikiran Jean Baudrillard membahas simulasi dan hiperrealitass yang menyinggung tentang Mahasiswa konsumtif merek (brand) dalam suatu produk yang pada akhirnya hilangnya realitas menjadi hiperrealitas di dalam masyarakat, kemudian pengertian merek dan terakhir bagaimana dampak mahasiswa yang konsumtif merek (brand). 

BAB III adalah bagian akhir dari struktur penelitian ini yang berisi; simpulan dan saran kemudian dilengkapi dengan Daftar Pustaka. 








BAB II 

PEMBAHASAN 

A. Biografi 

Jean Baudrillard atau biasa dikenal dengan Baudrillard seorang sosiolog asal Prancis yang terkenal dengan pemikirannya yang radikal, kontemporer politik dan seorang fotografer yang lahir di Reims, pada 5 Januari 1929. Dibesarkan dalam keluarga kelas menengah kebawah, kedua orantuanya berasal dari keluarga petani yang kemudian pindah kekota Prancis dan bekerja sebagai pegawai di Dinas Pelayanan Masyarakat (DPM). Tetapi kelurga Jean Baudrillard berada dalam transisi kehidupan kota dan bekerja sebagai pegawai negeri atau birokrasi daerah. Lingkunganya bukanlah lingkungan keluarga intelektual, dan Baudrillard bekerja keras di Lycee untuk mengatasinya, sebagai orang pertama dalam keluarganya untuk melakukan karya intelektual serius.[4]Baudrillard adalah salah satu filusuf postmodernis, sosiolog Prancis, fotografer dan komentator politik post-strukturalis dan post-modernis. 

Baudrillard adalah filsuf yang lebih memusatkan perhatiannya pada metafisika dan epistemologi. Yang sedikit berbeda dengan filsuf lainnya (prostmodernisme). Ia juga lebih memilih kebudayaan sebagai medan pengkajian2. Dia adalah orang pertama yang dapat melanjutkan ke universitas tertinggi di keluarganya yang kemudian menjadi profesor intelektual dan sosiologi yang terkenal di dunia. 

Dari sekedar baccalaureat (istilah Bahasa Prancis adalah untuk tingkatan SMA). Padahal bessar harapannya untuk masuk Ecole Normale Superieure (tempat banyak cendekiawan Prancis belajar), dia pernah belajar sastra Jerman di Universitas La Sorbonne di Paris, pekerjaan pertama yang didapatnya adalah sebagai guru SMA dia mengampu pelajaran Bahasa Jerman, ia juga pernah mengajar sosiologi dan menyelesaikan tesis dalam bidang sosiologi bersama Henri Lefebvre di Universitas of Nanterre tidak jauh dari Paris pada tahun 1966.[5] Baudrillard merupakan seseorang yang sangat produktif di dalam hidupnya untuk menghasilkan karya-karyanya kurang lebih sampai ia berumur 70 tahun. 



B. Pemikiran Baudrillard 

Pada era ini, semua aktifitas manusia telah dipengaruhi oleh teknologi dan media sosial, sehingga kebanyakan orang menggunaakan simulasi simbol, citra, dan lain sebagainya dalam eksistensi. Simbol adalah sesuatu yang mewakili dari esensi yang mana didalam simbol tersebut terdapat nilai tersendiri sedangkan citra menurut kamus KBBI diartikan sebagai angan-angan, cerminan, fantasi, ikon, imaji, pemahaman kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan dan arti yang serupa dengan yang demikian. Adapun makna citra itu sendiri merupakan suatu keinginan yang ingin disampaikan oleh seseorang tentang kesan kenyataan untuk mendapatkan kepercayaan. Nah pada dasrnya penulis ingin menyajikan teori Jean Baudrillard yang ditekankan pada teori Simulasi dan Hiperealitas. 

Simulasi adalah mewujudkan kenyataaan melalui bentuk konseptual atau sesuatu yang berhubungan dengan realitas yang tidak dapat dilihat kebenarannya dalam kenyataan. Kemudian dari prose simulasi ini akan mengarah kepada silumacra (ruang dimana mekanisme simulasi berlangsung) atau reproduksi objek dan peristiwa”. Kaburnya perbedaan antara tanda dan realitas, maka semakin sulit membedakan yang tulen atau asli dengan barang tiruan.[6]

Dalam masyarakat simulasi merupakan suatu perubahan yang real (nyata) menjadi tidak real atau dapat diartikan ssebagai tiruan terhadapa suatu yang nyata sebagai simbol atau tanda. Berapa banyak iklan-iklan di televisi yang menayangkan artis-artis model yang memperagakan iklan komoditi seperti, celana jeans merek Levis, Lea, Warengler,dan lain-lain memiliki relevansi dengan simulasi yang membangun citra, nilai, dan makna kehidupan sosial, budaya, serta politik. 

Baudrillard mendeskripsikan lebih jauh pemikirannya tentang kedudukan konsumsi dalam masyarakat konsumer. Menurutnya, konsumsi kini telah menjadi faktor fundamental( bersifat pokok) dalam hubungannya dengan spesies manusia . Baudrillard menyatakan bahwa mekanisme sistem konsumsi pada dasarnya berangkat dari sistem nilai-tanda dan nilai-simbol, dan bukan karena kebutuhan atau hasrat mendapat kenikmatan (Baudrillard, 1970: 47). Filosofi Jean Baudrillard berdiri di atas konsep simulasi dan hiperealitas, yang mengacu pada sifat tidak realistis dari budaya modern. Dalam dunia komunikasi massa dan konsumsi dewasa ini, semua perasaan dan emosi kita disimulasikan melalui cara yang tidak wajar. Kita tetap tidak menyadari kenyataan karena kita tidak mengalaminya sendiri, tetapi melihatnya melalui lensa dan sudut pandang orang lain. Bagi Baudrillard, kenyataan di dunia saat ini bukanlah apa yang dapat direproduksi, tetapi sesuatu yang telah direproduksi. Inilah yang dia sebut hiperealitas apapun yang disimulasikan sepenuhnya.[7]



Dalam situasi seperti ini, maka silogismenya adalah segala sesuatu dapat ditentukan oleh relasi tanda (simbol), citra, dan kode. Maka jika demikian identitas seseorang tidak lagi ditentukan oleh dirinya, melainkan tanda yang melekat padanya. Disinilah batas antara simulasi dan kenyataan menjadi tercampur aduk sehingga menciptakan hyperreality dimana yang nyata dan yang tidak nyata menjadi tidak jelas. Yaitu makna untuk mempersifatkan bagaimana kesadaran mendefinisikan "kenyataan" sejati di dunia, di mana keanekaragaman media dapat -secara mengakar- membentuk dan menyaring kejadian atau pengalaman sesungguhnya sebagai simiotika (tentang tanda-tanda dan proses, indikasi, penunjukan, kemiripan, analogi, metafora, simbolisme, makna, dan komunikas).yang menurut Jean Baudrillard adalah mempertentangkan simulasi dan representasi.[8]



1. Definisi merek 

Tanda atau simbol merupaka hal yang cukup penting diperhatikan dalam pemasaran komoditi . bahkan setiap perusahaan sangat memerlukan nama ataupun simbol yang digunaan untuk menawarkan atau mempromosikan bisnisnya, meskipun ada sebagian kecil menganggap hal itu tidak terlalu penting. Karena simbol-simbol dalam artian bisnis disebut merek (trademark) dalam pemasaran komoditi merupakan jasa yang berharga dalam mengenalkan barang kepada khalayak banyak.[9]

Definisi standar dari American Marketing Association (AMA) yang dirumuskan pada tahun 1960 menyatakan bahwa merek adalah nama, istilah, simbol, atau desain, meupun kombinasi di antaranya dimaksudkan untuk mengidentifikansikan barang atau jasa seorang penjual atau sekelompok penjual dan membedakannya dari barang atau jasa para pesaing.[10]

Merek memiliki distingtif yang lebih luas dari pada produk yaitu citra pengguna produk, country of origin, asosiasi perusahaan, brand personality, simbol-simbol dan hubungan merek/pelanggan. Selain itu merek juga dapat menghantarkan manfaat tambahan seperti manfaat ekspresi dari pengguna dan manfaat emosional.[11]

Merek ini tentu memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat yang didesai sedemikian rupa oleh produsen. Dan pada akhirnya dari merek ini menjadikan simbol sebagai karakteristik konsumen. Yang dalam hal ini dimanfaatkan oleh pihak tertentu, dimana masyarakat tidak lagi memperhatikan efeknya. Sebagian besar masyarakat dengan kecukupan materi terjebak dalam hal ini. Optimisme akan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang berlebihan tersebut sebagian besar seolah berakhir dengan kesenjangan lebih tinggi antara masyarakat dengan ekonomi yang kurang baik dengan mereka yang tidak dapat menyesuaikan diri menghadapi persaingan kapitalisme global. Konsekuensinya adalah banyaknya ketimpangan yang terjadi. Perkembangan masyarakat konsumen ini merupakan salah satu hasil dari fenomena global tersebut. Gaya hidup yang berlebih-lebihan semakin dikuatkan dengan dukungan berbagai kemajuan teknologi, termasuk perkembangan pasar yang seolah dapat dengan mudahnya mengendalikan minat masyarakat.[12]



2. Dampak Mahasiswa yang konsumtif merek (brand) 

Dampak atau efek bagi mahasiswa yang konsumtif terhadap brand baik lokal maupun non lokal, berdasarkan wawancara yang penulis lakukan. Ada besar kemungkinan efek ysng diberiksn oleh merek atau brand dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu dampak positif dan negatif. Addapun efek positifnya adalah menambahkan kepercayaan diri (PD), menjaga harga diri, menjaga gengsi, membentuk jati diri. Sedangkan dampak negatifnya bagi mahasiswa konsumtif adalah ketergantungan.[13]

Sebgai refleksi dari fenomena bagi mahasiswa yang konsumtif merek (brand) menrut Baudrillard, sebenarnya yang dikonsumsi oleh mahasiswa adalah tanda atau simbol saja yang mana mereka merupan penikmat simbol yang lebih menekankan eksistensi daripada esensi (kegunaan atau manfaat) dari produk yang mereka kenakan yang disebarkan oleh iklan-iklan. Apa yang dibeli dari merek peoduc tersebut tidak lebih hanyalah tanda. 






BAB III 

PENUTUP 

A. Simpulan 

1. Baudrillard adalah salah satu filusuf postmodernis, sosiolog Prancis, fotografer dan komentator politik post-strukturalis dan post-modernis. yang lahir di Reims, pada 5 Januari 1929 di Reimes Prancis. 

2. Pemikiran Jean Baudrillard adalah pada simulasi dan hiperealitas yang menyinggung terhadap masyarakat konsumtif. Dalam penelitian ini penlis mengindikasikan pada Mahasiswa yang konsumtif terhadap merek (brand). Baudrillard menyatakan bahwa mekanisme sistem konsumsi pada dasarnya berangkat dari sistem nilai-tanda dan nilai-simbol, dan bukan karena kebutuhan atau hasrat mendapat kenikmatan. 

3. Merek adalah nama, istilah, simbol, atau desain, meupun kombinasi di antaranya dimaksudkan untuk mengidentifikansikan barang atau jasa seorang penjual atau sekelompok penjual dan membedakannya dari barang atau jasa para pesaing 

4. Damapak positif bagi mahasiswa konsumtif adalah menambahkan kepercayaan diri (PD), menjaga harga diri, menjaga gengsi, membentuk jati diri. Sedangkan dampak negatifnya bagi mahasiswa konsumtif adalah ketergantungan. 

B. Saran
Dalam makalah ini telah penulis paparkan tentang teori Jean Baudrillar secara sederhana, yang fokus kajiannya pada mahasiswa yang konsumtif merek (brand). Semoga dengan tulisan ini penulis berharap dapat menjadi petunjuk dan gambaran bagi mahasiswa konsumtif, sehingga dapat mengontrol (lebih memprioritaskan kebutuhan daripada keinginan). 

Selain itu, tentunya dalam tulisan ini banyak kekurangan baik dari segi penulisan, pengutipan yang tidak tepat, dan lain sebagainya mohon untuk dikeritik dan solusinya. 




DAFTAR PUSTAKA 



Casavera.2009. 15 Kasus Sengketa Merek di Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu. 

Chita, David, dan Pali. 2015. Hubungan Antara SelfControl Dengan Perilaku Konsumtif Online Shopping Produk Fashion Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran. Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2011. Jurnal e-Biomedik (eBm) , 297302. 

Edkins,Jenny. 2010 Teori-teori Kritis Menantang Pandangan Utama Studi Politik Internasional.Yogyakarta:BACA. 

Ferrinadewi, Erna.22008. Merek dan Psikologi Konsumen. Yogyakarta:Graha Ilmu. 

George Ritzer. 2010. Teori Sosiologi Modern, Terj. Alimandan .Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 

Hasil wawancara pada tanggal 10 Desember 2019. 

Jened, Rahmi. 2015 Hukum Merek (Trademark Law). Jakarta: Kencana. 

Jhon Lechte.2007. 50 Filusuf Kontemporer, Terj. A. Gunawan Admiranto. Yogyakarta: Kanisius. 

Mestika ZEP.2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia. 

Piliang ,Yasraf Amir. 2004. Posrealitas: Realitas Kebudayaan dalam Era Posmetafisi Jalasutra. 

Sari, Nur Indah .2017.Pemikkiran Jean Baudrillard Tentang Simulcra Dalam Budaya Meniru Produk Bermerek Menurut Perspektif. UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG . 

Soedrajad, Mochammad Rijaal. Masyarakat Konsumsi diEra Global- Studi Kasus Pengaruh Media dan Kesemburuan Sosial Terhadap Barang Brand, Departemen Filsafat, Universitas Indonesia. 

Sutrisno ,Hadi,. 2002. Motodelogi Research I. Yogyakarta: Andi Offset. 






[1] Chita, David, dan Pali, Hubungan Antara SelfControl Dengan Perilaku Konsumtif Online Shopping Produk Fashion Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Angkatan 2011. Jurnal e-Biomedik (eBm) , 297302. 2015 


[2]Mestika ZEP, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2004), hlm. 1 


[3] Sutrisno Hadi, Motodelogi Research I, (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), hlm. 3 


[4]Jhon Lechte, 50 Filusuf Kontemporer, Terj. A. Gunawan Admiranto, (Yogyakarta: Kanisius,2007), hlm. 352 

20 




[5]Jenny Edkins, Teori-teori Kritis Menantang Pandangan Utama Studi Politik Internasional, (Yogyakarta:BACA, 2010), hlm. 71-72. 


[6] George Ritzer, Teori Sosiologi Modern, Terj. Alimandan , (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), hlm. 641 


[7] Nur Indah Sari, Pemikkiran Jean Baudrillard Tentang Simulcra Dalam Budaya Meniru Produk Bermerek Menurut Perspektif, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2017 ,hlm. 33. 


[8] Yasraf Amir Piliang,Posrealitas: Realitas Kebudayaan dalam Era Posmetafisi Jalasutra. 2004. Halaman 58-59 


[9]Rahmi Jened, Hukum Merek (Trademark Law), (Jakarta: Kencana, 2015), hlm. 3 


[10]Casavera, 15 Kasus Sengketa Merek di Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 3. 




[11] Erna Ferrinadewi, Merek dan Psikologi Konsumen, (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2008), hlm. 137 


[12] Mochammad Rijaal Soedrajad, Masyarakat Konsumsi diEra Global- Studi Kasus Pengaruh Media dan Kesemburuan Sosial Terhadap Barang Brand, Departemen Filsafat, Universitas Indonesia, hlm. 1. 


[13] Hasil wawancara pada tanggal 10 Desember 2019.
x

No comments:

TERIAKAN MAUT FANATISME

TERIAKAN MAUT FANATISME KEBENARAN M. ikmal Mahasiswa    Jurusan Ilmu Hadis IAIN Pekalongan dan Infokom Himpunan Mahasiswa Sumatra (Hi...